Minggu, 13 Juni 2010

SEJARAH PERKEMBANGAN BIOLOGI SEL
Adnan. 2010
(Biologi FMIPA Universitas Negeri Makassar)

A. PENDAHULUAN
         Sebelum Robert Hooke mempopulerkan istilah sel, beberapa ahli filsafat Yunani telah mengemukakan pandangannya berkenaan dengan penyusun tubuh makhluk hidup. Aristotles dan Paracelcius telah mengemukakan bahwa tubuh semua hewan dan tumbuhan tersusun atas elemen-elemen sederhana. Elemen-elemen sederhana tersebut secara bersama-sama membentuk struktur makroskopis makhluk hidup (De Robertis et al., 1979). Belakangan, elemen-elemen sederhana tersebut dikenal dengan istilah sel (dari bahasa Yunani, yaitu Cella atau Cellula yang berarti ruang atau kamar kecil).
          Sebuah sel dapat berperan sebagai suatu organisme yang dikenal sebagai organisme uniseluler atau organisme bersel satu, misalnya berbagai jenis protozoa. Sel dapat tersusun berkelompok dan berdiferensiasi menjadi berbagai jenis jaringan dan membentuk organ. Selanjutnya, beberapa organ membentuk sistem organ dan pada akhirnya beberapa sistem organ, secara bersama-sama membentuk suatu organisme. Organisme yang dibentuk dinamakan organisme multiseluler.
         Pemahaman mengenai sel baik dari aspek ultrastruktur maupun dari aspek fungsionalnya tidak terlepas dari hasil kerja keras sejumlah pakar ilmu pengetahuan. Penelitian-penelitian terus dikembangkan, bahkan dari berbagai sudut pandang dan melibatkan disiplin ilmu-ilmu yang berbeda. Penemuan mikroskop sederhana hingga mikroskop elektron telah memberi-kan sumbangan yang sangat penting dalam perkembangan biologi sel. Kemajuan yang dicapai di bidang kimia organik dan biokimia telah mengantar umat manusia pada pemahaman sel yang lebih mendalam hingga pada tingkatan yang belum pernah diprediksi sebelumnya. Perkembangan pengetahuan di bidang genetika molekuler dan disiplin ilmu yang lain telah mengantar umat manusia pada pemahaman hingga tingkatan rekayasa genetika yang sangat menak-jubkan. Melalui pendekatan yang lebih holistik dan integratif, kini biologi sel tampil sebagai sebuah ilmu yang mampu menjadi dasar bagi pengembangan ilmu-ilmu hayati lainnya.

B. SEJARAH PERKEMBANGAN TEORI SEL
          Sel merupakan massa protoplasma berbatas membran dengan sistem organisasi yang sangat kompleks. Sel bukan merupakan suatu bangunan statis, melainkan sebuah struktur yang sangat dinamis. Berbagai jenis aktivitas hidup yang berlangsung di dalam tubuh organisme pada dasarnya berlangsung di dalam sel dengan mekanisme sistem yang sangat harmonis. Aktivitas satu sel menunjang aktivitas sel yang lain membentuk suatu sistem yang sangat harmonis untuk menunjang sebuah kehidupan yang fungsional.
         Anthony van Leeuwenhoek (1632-1723), seorang yang berkebangsaan Belanda merupakan orang pertama yang menemukan mikroskop dan meneliti organisme mikroskopis seperti berbagai Protozoa dan Rotifera yang oleh Beliau diberi nama ”animanculus”. Beliau telah mengamati berbagai jenis bakteri, sperma pada manusia, katak, anjing, kelinci, dan ikan serta pergerakan sel-sel darah di dalam kapiler kaki katak dan daun telinga pada kelinci.
         Marcello Malphigi (1628-1694), seorang berkebangsaan Italia merupakan orang pertama yang menggunakan mikroskop dalam mengamati sayatan jaringan pada organ-organ tertentu, seperti otak, hati, ginjal, limfa, dan paru-paru. Selain itu, dia juga mengamati perkem-bangan embrio ayam. Berdasarkan hasil pengamatannya, Beliau menyimpulkan bahwa jaringan ter-susun atas unit-unit struktural yang Ia sebut utricles (De Robertis, 1988).
         Robert Hooke (1663) merupakan orang pertama yang memperkenalkan istilah sel berdasarkan hasil pengamatannya pada sayatan sumbat gabus. Ia melaporkan bahwa sumbat gabus terdiri atas ruang-ruang kecil yang diberi nama sel (bahasa Yunani: Cellula yang bermakna ruang-ruang kecil).
Rene Dutrochet (1776-1847), seorang yang berke-bangsaan Perancis, melaporkan bahwa semua hewan dan tumbuhan terdiri atas kumpulan sel-sel globular. Pada tahun 1831, Robert Brown (1773-1858), seorang yang berkebangsaan Inggris, melaporkan bahwa sel-sel epidermis tumbuhan, serbuk sari, dan kepala putik mengandung suatu struktur yang konstan yang disebut inti. Pada tahun 1840, Johannes E. Purkinye (1787-1869), seorang yang berkebangsaan Cekoslovakia, memperkenalkan istilah protoplasma. Pada tahun 1861, W. Schultze menyatakan bahwa protoplasma merupakan dasar fisik dari kehidupan. Protoplasma adalah substansi hidup yang berbatas membran dimana di dalamnya terdapat inti atau nukleus (Karp, 1984).
           Pada tahun 1938, Mathias J. Schleiden (1804-1882), seorang ahli pengetahuan berkebangsaan Jerman, melaporkan bahwa tubuh tumbuhan tersusun atas sel. Secara terpisah, pada tahun 1839 Theodore Schwann (1810-1882) yang juga seorang ahli pengetahuan berkebangsaan Jerman, melaporkan bahwa tubuh hewan tersusun atas sel. Schwann kemudian mengusulkan dua azas yang dikenal dengan teori sel, yaitu: Semua organisme terdiri atas sel, dan sel merupakan unit dasar organisasi kehidupan. Sepuluh tahun kemudian R. Virchow (1821-1902) mengusulkan azas ketiga teori sel yang berbunyi: Semua sel berasal dari sel yang telah ada sebelumnya (Omnis cellula e cellulaI) (Sheeler & Bianchi, 1983). Kemudian Louis Pasteur (1908-1895) mengemukakan teori biogenesis yang menyatakan bahwa setiap makhluk hidup berasal dari makhluk hidup sebelumnya (Omne vivum e vivo). (Thorpe, 1984; Sheeler and Bianchii, 1983; dan Albert et al., 1984)
          Berdasarkan penelitian-penelitian yang dilakukan para ilmuwan tersebut diambil suatu kesimpulan, yaitu: sel meru-pakan kesatuan struktural makhluk hidup, sel merupakan kesatuan fungsional makhluk hidup, dan sel merupakan kesatuan hereditas makhluk hidup. Namun, dalam lingkup yang lebih kompleks, teori sel mengandung makna (Villee et al., 1985), yaitu:
  1. Semua makhluk hidup terdiri atas sel;
  2. Sel yang baru dibentuk, berasal dari pembelahan sel sebelumnya;
  3. Semua sel memiliki kemiripan yang mendasar dalam hal komposisi kimia dan aktivitas metabo-lismenya;
  4. Aktivitas dari suatu organisme dapat dimengerti seba-gai aktivitas kolektif, dan interaksi-interaksi dari unit-unit seluler bergantung satu dengan yang lainnya.
Menurut De Robertis et al., (1975), sebuah sel harus memenuhi beberapa kriteria yaitu :
  1. Memiliki membran plasma;
  2. Mengandung materi genetic yang penting untuk mengkode berbagai jenis RNA, termasuk untuk sintesis protein;
  3. Mengandung “mesin biosintesis” tempat di mana sintesis berlangsung.

C. PERKEMBANGAN BIOLOGI SEL.
        Beberapa pemenang hadiah Nobel untuk bidang Biologi Sel serta bidang-bidang lain yang menunjang perkembangan biologi sel ditunjukkan pada tabel 1.1.


D. SIFAT DAN KEISTIMEWAAN SEL.
         Seperti telah diuraikan oleh Schleiden dan Schwann, sel-sel dapat dianggap sebagai “unit-unit kehidupan“. Dapat diduga bahwa semua bentuk kehidupan, terlepas dari sifatnya, mempunyai dasar seluler. Sel-sel bersifat semiotonom, hal ini dapat ditunjukkan dengan cara mengisolasi sel-sel dari organisme multiseluler dan dan menumbuhkannya di luar organisme tersebut. Sejumlah percobaan menunjukkan bahwa sel-sel dari organisme manapun, termasuk manusia, dapat dibudidayakan di luar tubuh (in vitro) dengan kondisi tertentu yang memungkinkannya tetap hidup, sampai lama setelah organisme asalnya mati. Misalnya, sel-sel manusia telah dibudidayakan untuk kurun waktu puluhan tahun, dan dapat disiapkan bagi peneliti dengan hanya mengambil-nya dari freezer.
       Aktivitas organisme multiseluler ternyata merupakan refleksi sifat-sifat sel-sel yang menyusunnya. Organisme meng-ambil makanan, mencerna, mengasimilasi, dan melepaskan bahan yang tidak diperlukan. Organisme, mengambil oksigen dan melepaskan karbondioksida. Di dalam tubuh organisme, kadar garam diatur sedemikian rupa agar tetap dalam keadaan homeostasis; organisme tumbuh, berkembang biak, bergerak, dan juga bereaksi terhadap rangsangan dari luar, menggunakan energi untuk mengadakan aktivitas, mewariskan sifat-sifat ge-netik kepada keturunannya, dan akhirnya mati.
         Suatu organisme merupakan jumlah atau kumpulan bagian-bagiannya, dan aktivitasnya merupakan jumlah aktivitas sel-sel yang menyusunnya. Namun, dapat pula dikatakan bah-wa organisme adalah jauh lebih dari sekedar kumpulan sel-selnya.

E. BENTUK SEL
          Sel mempunyai bentuk yang sangat bervariasi, baik di antara sel-sel yang menyusun tubuh makhluk hidup yang sama maupun yang menyusun makhluk hidup yang berbeda. Beberapa sel tidak memiliki bentuk yang tetap, tetapi berubah-ubah sesuai dengan aktivitasnya. Sel Amoeba dan sel darah putih termasuk contoh tipe sel yang bentuknya dapat berubah-ubah. Sel-sel yang lain memiliki bentuk yang khas atau tetap, atau bentuk-bentuk peralihan yang spesifik untuk setiap jenis makhluk hidup. Spermatozoa pada manusia memiliki bentuk yang tetap, namun demikian, sperma pada manusia memiliki bentuk yang berbeda dengan sperma pada hewan lain seperti mencit.
         Bentuk-bentuk sel terutama bergantung pada (i) adaptasi fungsionalnya, (ii) tekanan permukaan, (iii) viskositas protop-lasma, (iv) tekanan mekanik oleh sel-sel yang ada di sekitarnya, dan (v) rigiditas membran plasma. Selain itu, mikrotubuli memiliki peranan yang sangat penting dalam menentukan bentuk dari suatu tipe sel (De Robertis et al., 1975). Umumnya sel-sel jaringan hewan dan tumbuhan berben-tuk polihedral. Bila sel diisolasi dalam lingkungan cair, maka ia dapat berubah bentuk menjadi bulat. Bentuk bulat merupakan bentuk dasar sel. Macam-macam bentuk sel antara lain berben-tuk gepeng, bentuk kubus, dan bentuk selindris. Umumnya bentuk-bentuk tersebut dijumpai pada sel-sel epitel. Sel darah merah pada manusia memiliki bentuk bikonkaf; sel-sel otot berbentuk memanjang; sel-sel bakteri memiliki bentuk yang bulat, spiral atau bentuk batang; sel-sel xylem dan floem pada tumbuhan mengalami modifikasi sedemikian rupa sehingga memungkinkan melaksanakan fungsinya sebagai jalur angkutan untuk berbagai jenis substansi. Sel-sel saraf memiliki bentuk yang sesuai untuk melaksanakan fungsinya dalam menghan-tarkan impuls-impuls saraf (Sheeler & Bianchi, 1983).

F. UKURAN SEL
          Sel memiliki ukuran yang sangat bervariasi, tergantung pada tipe sel. Pada umumnya, sel hanya dapat dilihat dengan menggunakan mikroskop dengan sedikit pengecualian seperti sel telur pada burung unta yang memiliki diameter hingga beberapa cm. Pada umumnya, mata manusia tidak mampu memisahkan dua titik yang dipisahkan kurang dari 0,1 mm atau 100 m. Sementara itu, umumnya sel memiliki ukuran yang lebih kecil dari 0,1 mm.
          Bentuk dan ukuran sel berhubungan dengan fungsinya. Ukuran minimal sebuah sel harus cukup mengan-dung DNA, protein dan struktur-struktur internal agar ia mampu survive dan bereproduksi. Ukuran maksimal se-buah sel dibatasi oleh kebutuhan area permukaan yang cukup untuk memperoleh nutrien dari lingkungan dan membuang sisa metabolisme. Walaupun sel-sel yang besar mempunyai suatu area permukaan lebih besar dibandingkan sel kecil, mereka relatif mempunyai area permukaan yang sama bila dibandingkan dengan sel-sel yang sederhana pada volume yang sama. Sebab sel yang besar mempunyai suatu area permukaan jauh lebih kecil bila dibandingkan dengan volumenya, sehingga waktu yang dibutuhkan untuk memberikan pelayanan terhadap semua bagian sitoplasma lebih banyak dibandingkan dengan sel-sel ukurannya lebih kecil (Partin, 2007).
           Komponen-komponen sel tertentu tidak dapat diamati dengan menggunakan mikroskop cahaya. Oleh sebab itu, untuk mengamati komponen-komponen seluler, diperlukan alat bantu berupa mikroskop elektron.



DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 2007a. Biology lecture notes, Chapter 7,Cell Structure and Function. http://www.tulane.edu/~wiser/cells/ Lct1.ppt. Diakses pada tanggal 17 Maret 2007
Anonim. 2007b. Cell Structur and Function http://faculty.evansville.edu/ _ Tour Cell . Diakses tanggal 28 april 2007.
Anonim. 2007c. Membrane Structure and Function Page 1 BIEN 500: Physiology for Engineers http://singerlab.aecom .yu.edu/publications/pdf/SL0605.pdf
Albert, B; Dennis, B; Julian, L; Martin, R; Keith, R; and James, D. W. 1982. Molecular Biology of The Cell. Garland Publishing, Inc. New York.
De Robertis, E.D.P., F.A. Saiez, & E.M.F. De Robertis. 1979. Cell Biology. W.B. Saunders Company, Philadelphia.
De Robertis, E. D. P; De Robertis, E.M.F. 1988. Molecular Biology. lea & Febiger, International Edition Info-Med. Hongkong.
Partin, D. 2007. The Cells. (online) (http://homepages.ius. edu/dpartin, Lecture3cells.ppt#257,1,Lecture 3 BIOL L100 17-3-07
Sheeler, P and Donald E. B. 1983. Molecular and Cell Biochemistry (Cell Biology). Chapman and Hall. New York.
Thorpe, N. O. 1984. Cell Biology. John Wiley and Sons. New York.
Villee, C.A. E.P. Salomon, & P.W. Davis. 1985. Biology. Saunders College Publishing, Philadelphia-New York.Daniel W. Ward BS122 Principles of Biology IIhttp://www.easternct.edu/depts/edu/units/cells.ppt

Sabtu, 12 Juni 2010


Adnan, Biologi. UNM
2010

A.      PENDAHULUAN

            Kata Hormon berasal dari bahasa Yunani yang berarti membangkitkan atau menimbulkan. Hormon merupakan zat kimia yang bertugas sebagai pembawa pesan (Chemical messenger). Hormon adalah substansi organik yang dihasilkan oleh sel-sel atau kelompok sel-sel (kelenjar endokrin) di dalam tubuh makhluk hidup, ditranspor melalui pembuluh darah menuju jaringan atau organ target, dan dalam jumlah yang terbatas mempengaruhi aktivitas tubuh. Hormon bukan vitamin atau enzim dan tidak berperan sebagai sumber energi, walaupun fungsinya ada kemiripan yaitu mengatur fungsi-fungsi tubuh.

B.      KELENJAR ENDOKRIN

            Semua hormon dihasilkan oleh kelenjar endokrin. Kelenjar endokrin biasa disebut sebagai kelenjar buntu karena tidak memiliki saluran. Oleh sebab itu sekret yang dihasilkannya dirembeskan masuk ke pembuluh darah yang ada disekitarnya, dan bersama darah diangkut menuju jaringan atau organ target. Di dalam tubuh, kelenjar endokrin biasanya dijumpai pada tempat-tempat yang kaya dengan pembuluh darah. Agar hormon-hormon yang dihasilkan oleh kelenjar endokrin dapat mencapai organ target atau organ sasaran, maka pada organ target harus memiliki reseptor agar ia dapat dikenali oleh hormon. Organ target atau organ sasaran adalah organ tempat dimana hormon berfungsi.
            Semua kelenjar endokrin yang terdapat di dalam tubuh bersama produknya secara bersama-sama membentuk suatu sistem yang dikenal dengan sistem endokrin. Pusat sistem endokrin adalah kelenjar Pituitari. Adapun jenis-jenis kelenjar endokrin adalah kelenjar pituitari, kelenjar pineal, sepasang kelenjar adrenal, kelenjar tiroid, sepasang kelenjar parathyroid, gonad (testis pada laki-laki dan ovarium pada wanita), pulau-pulau pankreas, epitel kelenjar di dalam saluran pencernaan, sepasang ginjal, kelenjar timus dan plasenta selama hamil.
            Secara umum hormon berperan dalam mengatur aktivitas tubuh bersama dengan sistem saraf. Oleh sebab itu kedua komponen ini biasanya secara bersama-sama dikenal sebagai sistem koordinasi. Hormon biasanya bekerja relatif lambat dan bertahap. Hormon mengatur pertumbuhan, perkembangan dan aktivitas seksual, kandungan air di dalam tubuh, kecepatan metabolisme dan beberapa aspek yang terkait dengan pencernaan makanan. Sebaliknya saraf bertanggung jawab terhadap perubahan-perubahan yang berlangsung cepat misalnya aktivitas otot, termasuk jantung dan pembuluh darah.
            Pada semua vertebrata memiliki pusat pengontrolan neuroendokrin. Hipotalamus dan pituitari (hipofisis) dianggap sebagai pusat pengaturan neuro-endokrin yang mengintegrasikan aktivitas saraf dan endokrin. Keduanya bertanggung jawab terhadap konsentrasi hormon di dalam plasma darah. Pituitari dianggap sebagai master kelenjar, disebabkan karena sekret yang dilepaskannya mempengaruhi kelenjar-kelenjar yang lain. Namun demikian pituitari sendiri dikontrol oleh hipotalamus, dan hipothalamus dipengaruhi oleh otak dan konsentrasi hormon, ion dan nutrien di dalam aliran darah.

C.      BERBAGAI MACAM KELENJAR ENDOKRIN

1.    Kelenjar pituitari

            Kelenjar pituitari merupakan bagian dari sistem endokrin yang terletak dibagian dasar hipotalamus. Kelenjar pituitari pada manusia terdiri dari 3 bagian, yaitu bagian posterior (lobus posterior pituitari), bagian anterior (lobus anterior pituitari, dan bagian tengah (lobus intermediat). Lobus intermediat kurang berkembang dibandingkan dengan dua lobus lainnya. Lobus intermediat mengsekresikan hormon perangsang melanosit (Melanocyt Stimulating Hormone) yang mana pada kebanyakan vertebrata berfungsi dalam menentukan jumlah dan distribusi pigmen melanin dalam kulit.
            Lobus posterior pituitari. Sel-sel dalam hipotalamus menghasilkan dua hormon neurosecretori yaitu oksitosin dan hormon antidiuretik. Oksitosin memainkan peranan yang penting dalam reproduksi mamalia, sedangkan hormon antidiuretik terutama berfungsi mengontrol kadar air di dalam tubuh. Oksitosin dan hormon antidiuretik disintesis oleh badan-badan sel saraf sekretori di dalam hipotalamus dan disimpan di dalam ujung-ujung akson saraf hipotalamus yang menghasilkannya. Akson tersebut berhubungan dengan pituitari dan berakhir di dalam lobus posterior.
            Lobus anterior pituitari. Badan-badan sel saraf sekretori di dalam hipotalamus menghasilkan dua jenis protein yaitu faktor-faktor pelepas (Releasing faktors) faktor-faktor penghambat (inhi-biting faktors). Faktor pelepas merangsang pelepasan hormon-hormon spesifik lobus anterior, sedangkan faktor penghambat menekan sekresi hormon-hormon spesifik lobus anterior. Ujung akson saraf sekretori pada daerah hipotalamus berakhir dalam lobus anterior pituitari dan mengatur sekresi hormon Adenokortikotropin (ACTH), Thyroid stimulating hormon (TSH), Follicle stimulating hormone (FSH) Luteinizing hormone (LH) Growth hormone (GH) dan prolaktin.
Tabel 1. Ringkasan pengetahuan umum pengontrolan sekresi hormon
No
Elemen Pengontrol
Secara Langsung mengontrol pelepasan dari :
1
Saraf Hipotalamus
faktor-faktor pelepas hipotalamus, oksitosin dari anterior pituitari, hormon antidiuretik dari posterior pituitari.
2.
Faktor-faktor pelepas hipotalamus
Hormon-hormon anterior pituitari: Hormon pertumbuhan, Hormon perangsang tiroid (TSH), hormon adenokortikotropin (ACTH), Hormon-hormon gonadotropin (FSH dan LH)
3.
Hormon-hormon anterior pituitari
Hormon tiroid, kortisol (dari korteks adrenal), estrogen dan progesteron pada betina dan testosteron pada jantan
4.
Saraf otonom
Epinefrin, nor epinefrin (dari medulla adrenal), Renin (dari ginjal), insulin, glukagon (dari pankreas), Hormon-hormon gastrointestinal
5.
Konsentrasi ion, konsentrasi nutrien dalam plasma darah
Hormon paratiroid, insulin, glukagon (dari pankreas), Aldosteron (dari korteks adrenal), Kalsitonin (dari kelenjar tiroid)


Tabel 2. Hormon-hormon pada hewan yang dihasilkan oleh hipotalamus dan pituitari
Sumber
Hormon
Target
Aksi utama
Hipotala-mus (produksi), posterior pituitari (menyimpan dan sekresi)
Oksitosin
Hormon antidiuretik (vasopressin)
Uterus
Kelenjar mammae
Ginjal
Merangsang konstraksi uterus
Merangsang pergerakan air susu ke dalam saluran sekresi
Merangsang absorbsi air
Anterior Pituitari
Hormon adenokortikotropin (ADH)
TSH

FSH
Korteks adrenal

Kelenjar Tiroid
Ovarium/testis
Merangsang sekresi hormon adrenal

Merangsang sekresi hormon tiroid

Pada betina merangsang pertumbuhan folikel, membantu merangsang sekresi estrogen, ovulasi. Pada jantan: Mendorong sekresi testosteron, spermatogenesis

LH
Ovarium/testis
Pada betina merangsang korpus luteum, Pada jantan mendorong sekresi testosteron dan spermatogenesis

GH
Sel-sel pada umumnya
Menginduksi pembelahan mitosis dan sintesis protein selama pertumbuhan

Prolaktin
Kelenjar mammae
merangsang produksi air susu.



Tabel 3. Hormon-hormon utama lainnya pada hewan
Sumber
Hormon
Target
Aksi Utama
Korteks adrenal
Glukokortikoid (kortisol dll)

Mineralokortikoid (aldosteron dll)
Hormon seks (androgen, estrogen)
Sel-sel pada umumnya

Ginjal

Umum
Meningkatkan kadar gula darah, mengontrol metabolisme lipida, karbohidrat dan protein, memediasi respon terhadap stress
Mendorong reabsorbsi K, Na dan keseimbangan air

Mempengaruhi karakter seks, pertumbuhan pada umumnya
Medulla adrenal
Epinefrin (adrenalin)

Norepinefrin
Hati, otot jantung dan jaringan adiposa
Otot polos dan pembuluh darah
Meningkatkan kadar fgula darah melalui perangsangan produksi glukosa

Vasokonstriksi

Gonad
Testis




Ovarium

Androgen (testosteron)



Estrogen

Progesteron

Umum




Umum

Uterus, payudara

Merangsang perkembangan saluran reproduksi, memelihara organ-organ seks tambahan dan memunculkan karakter seks sekunder. Secara umum mempengaruhi metabolisme, penting untuk spermatogenesis.
Merangsang penebalan dinding rahim untuk kehamilan, penting untuk oogenesis.
Mempersiapkan, memelihara dinding uterus selama kehamilan, merangsang perkembangan payudara
Tiroid



Paratiroid


Pulau-pulau pankreas



Epitel kelenjar dalam lambung dan usus halus
Tiroksin

Kalsitonin

Hormon paratiroid

Insulin




Glukagon
meliputi gastrin, kolesistokinin dan sekretin
Sel-sel pada umumnya
Tulang

Tulang, ginjal saluran pencernaan
Semua sel kecuali saraf pada otak dan sel-sel darah merah
Hati, otot, jaringan adiposa
Lambung, usus halus
Mengatur metabolisme karbohidrat dan lemak, pertumbuhan dan perkembangan
Menurunkan kadar kalsium di dalam darah melalui penghambatan reabsorbsi kalsium dari tulang
Meningkatkan kadar kalsium di dalam darah melalui perangsangan reabsorbsi kalsium dari tulang, ginjal dan absorbsi dari saluran pencernaan
Menurunkan kadar gula melalui perangsangan pemasukan oleh sel, penyimpanan lemak dan sintesis protein


Meningkatkan gula darah melalui perangsangan produksi glukosa
bagian yang mengontrol kelebihan sekresi gastrointestinal, motility
Thymus
Meliputi tymosin
Limfosit, sel-sel plasma
Mendorong perkembangan fungsi limfosit dalam perondaan imunitas
Ginjal
Eritropoietin*
Angiotensin*
Sum-sum tulang
Korteks adrenal, arteriol
Merangsang produksi sel darah merah
Mengontrol tekanan darah
·      Hormon tersebut tidak dihasilkan oleh ginjal, tapi dibentuk jika enzim-enzim yang dihasilkan oleh ginjal

2.    Kelenjar Adrenal

            Kelenjar adrenal terdiri atas dua bagian yaitu korteks adrenal dan medulla aderenal. Korteks adrenal menghasilkan 3 tipe hormon yaitu glukokortikoid, mineralokortikoid dan hormon-hormon seks. Glukokortikoid seperti kortisol membantu mengontrol metabolisme karbohidrat, lipida dan protein. Mineralokortikoid seperti aldosteron mempengaruhi konsentrasi garam dan air dalam tubuh. Sedangkan androgen dan esterogen juga disekresikan dalam jumlah terbatas.
            Medulla adrenal menghasilkan epinefrin (adrenalin) dan nor epinefrin (Nor adrenalin). Jaringan target untuk adrenalin adalah hati, otot rangka, jantung dan pembuluh darah. Dalam keadaan normal kadar adrenalin di dalam darah kira-kira 0,06 mg/l, tetapi adanya rangsangan sensori yang memperingatkan akan adanya bahaya membuatnya siap untuk bertarung atau melarikan diri menyebabkan konsentrasi adrenalin di dalam darah meningkat hampir 1000 kali dalam beberapa detik atau menit. Adrenalin mempersiapkan hewan untuk tindakan darurat dengan beberapa cara antara lain: Meningkatkan denyut jantung, tekanan darah, dan menyiapkan sistem kardiovaskular untuk tindakan-tindakan darurat. Adrenalin juga merangsang pemecahan glikogen hati menjadi glukosa darah dan menghambat sintesis glikogen dari glukosa di dalam hati. Hal ini menyebabkan ketersediaan glukosa di dalam darah menjadi optimal. Mendorong pemecahan glikogen secara anaerob pada otot rangka menjadi laktat melalui glikolisis Peranan tersebut di atas menyebabkan adrenalin menjadi salah satu obat yang berharga, khususnya pada keadaan yang membahayakan jiwa ketika sistem kardiovaskular dalam keadaan gawat. Adrenalin juga menenangkan otot-otot polos disekitar pembuluh bronkhiolus paru-paru dan menghilangkan gejala asma yang akut.

3.    Kelenjar Tiroid dan Paratiroid

            Kelenjar tiroid terletak di dasar leher, terdiri atas dua lobus. Kelenjar ini menyimpan dan mensekresikan hormon yang membantu dalam proses pertumbuhan, perkembangan dan kecepatan metabolisme di dalam tubuh. Di bawah pengaruh kelenjar pituitari, kelenjar ini menghasilkan hormon tiroksin dan kalsitonin.ormon tiroksin berfungsi meningkatkan kecepatan metabolisme sel, dan kalsitonin berfungsi menghambat pelepasan kalsium dari tulang jika kadar kalsium dalam darah tinggi.
            Di bagian belakang kelenjar tiroid, terdapat kelenjar paratiroid yang menghasilkan hormon paratiroid. Fungsi hormon paratiroid berlawanan dengan kalsitonin, yaitu merangsang pelepasan kalsium dari tulang jika kadar kalsium darah menurun.

4.    Gonad

            Gonad terdiri atas dua tipe yaitu testis pada jantan dan ovarium pada betina. Fungsi utama gonad adalah menghasilkan gamet atau sel kelamin, yaitu sperma pada testis dan ovum pada ovarium. Selain itu juga menghasilkan hormon-hormon reproduksi. Pada testis menghasilkan androgen dan pada ovarium menghasilkan estrogen dan progesteron. Pada betina, sekresi gonad membantu mempersiapkan uterus untuk implantasi dan perkembangan embrio.

5.    Pulau-pulau Langerhans pankreas

            Pulau-pulau Langerhans disusun atas kurang lebih 2 juta kelompok sel-sel endokrin. Pulau-pulau Langerhans menghasilkan hormon insulin dan glukagon. Insulin dibuat oleh sel-sel b dalam bentuk proinsulin, dan glukagon dibuat oleh sel-sel a. Baik insulin maupun glukagon secara langsung atau tidak langsung berpengaruh terhadap metabolisme karbohidrat, protein dan lemak.
            Laju sekresi insulin terutama ditentukan oleh konsentrasi glukosa di dalam darah. Ketika kadar gula naik, laju sekresi insulin meningkat dan menyebabkan meningkatnya kecepatan masuknya glukosa dari darah ke dalam hati dan otot, dan glukosa tersebut sebagian besar diubah menjadi glikogen. Hal ini menyebabkan konsentrasi gula di dalam darah turun hingga mencapai keadaan normalnya, dan sekresi insulin juga menurun hingga kadar normalnya. Dengan demikian ada hubungan pengaturan timbal balik antara sekresi insulin dan konsentrasi glukosa darah.
            Tingginya kadar glukosa di dalam darah (hiperglikemia) melebihi kadar yang normal dapat menyebabkan glukosa dikeluarkan bersama air seni sehingga rasanya manis. Keadaan ini disebut glikosuria (pada manusia disebut diabetes millitus). Pemberian insulin digunakan untuk mengobati diabetes millitus. Dewasa ini insulin tergolong obat yang secara luas digunakan bagi penderita diabetes. Dalam keadaan normal, kadar glukosa darah hanya berkisar 4 mM, sedangkan pada penderita diabetes yang parah dapat mencapai 100mM. Glukagon mendorong peningkatan glukosa darah melalui penguraian glikogen hati menjadi glukosa.
RANGKUMAN
            Hormon adalah subtansi organik yang dihasilkan oleh sel-sel kelenjar endokrin di dalam tubuh makhluk hidup, ditranspor melalui pembuluh darah menuju jaringan atau organ target.  Kelenjar endokrin atau kelenjar buntuk tidak mempunyai saluran pelepasan.  Oleh sebab itu sekretnya (hormon) dirempeskan ke dalam pembuluh darah secara langsung.  Agar hormon dapat mengenali jaringan atau organ targetnya, maka pada jaringan atau organ target tersebut harus ada reseptor.  Pusat sistem endokrin  adalah kelenjar pituitari ayau hipofisis.  Kelenjar-kelenjar endokrin yang lain  adalah kelenjar pineal, kelenjar adrenal, , kelenjar tiroid, kelenjar paratiroid, gonad dan pankreas.